Minggu, 20 Februari 2011

Komunikasi Tanpa Kekerasan Dalam Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama seorang individu mendapatkan proses pembelajaran, termasuk pelajaran dalam berkomunikasi. Sejak usia 25 minggu, janin sudah dapat mendengar dan mengenali suara orang-orang terdekatnya. Karena itulah, para dokter menyarankan orangtua untuk berkomunikasi dengan janin yang ada dalam kandungan. Penelitian membuktikan bahwa komunikasi yang dilakukan sejak dini semacam itu, akan membuat ikatan emosional antara bayi dan orangtuanya semakin kuat.

Keluarga juga berperan besar dalam pembentukan karakter dan perilaku individu. Meskipun lingkungan di luar keluarga juga dapat mempengaruhi sifat individu, namun keluarga tetap menjadi tempat utama dimana individu diajarkan tentang nilai dan norma, termasuk juga kekerasan. Menurut Social Learning Theory yang dikemukakan Bandura, anak dapat meniru perilaku kekerasan yang didapat dari orangtuanya meskipun tidak ada reinforcement berupa reward dan punishment. Dengan demikian, perilaku komunikasi yang diterapkan oleh orangtua kelak akan diterapkan juga oleh anak dalam berkomunikasi.


Komunikasi merupakan hal yang penting untuk mempererat hubungan keluarga. Komunikasi yang baik akan membuat keluarga lebih kuat dan harmonis. Namun tidak jarang komunikasi yang sarat dengan kekerasan terjadi di dalam keluarga. Kekerasan disini tidak selalu berupa makian yang berisi “kebun binatang” atau kata-kata yang tidak baik. Kalimat teguran, kritik, sindiran, pengancaman berlebihan, atau bahkan pujian yang menyakiti anak sudah merupakan komunikasi dengan kekerasan. Kalimat seperti “baju kamu ga matching!”, “kamu akan mama pukul kalau makananmu tidak habis”, atau “wah tumben sekali kamu bangun pagi!” adalah salah satu contoh komunikasi dengan kekerasan.


Komunikasi tanpa kekerasan
akan memupuk penghormatan, perhatian dan empati, serta memunculkan keinginan bersama (mutual desire) untuk memberi dari hati. Komunikasi tanpa kekerasan mampu memperkuat kemampuan kita untuk meraih inspirasi bela rasa dari orang lain dan merespons secara bela rasa kepada orang lain dan kepada diri kita sendiri. Komunikasi tanpa kekerasan juga membimbing kita untuk menyusun kembali kerangka tentang bagaimana kita mengungkapkan diri kita dan mendengarkan orang lain dengan mengarahkan perhatian kita terhadap apa yang sedang kita cermati, rasakan, butuhkan dan inginkan.

Menurut Marshall B. Rosenberg, PhD., kekerasan dalam bentuk apapun adalah ekspresi tragis kebutuhan kita yang tak terpenuhi. Komunikasi dengan kekerasan tentunya akan berdampak buruk pada anak. Anak akan menjadi orang yang terbiasa berpikir negatif. Teguran yang ia dapatkan akan membuatnya merasa tidak disayang, sedangkan pujian yang diberikan bisa dianggap sebagai suatu sindirian. Selain itu, komunikasi dengan kekerasan akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya. Anak bisa menjadi pasif, tertutup, atau bahkan tidak berani mencoba hal baru karena takut salah. Hubungan anak dan orangtua pun menjandi renggang karena hal-hal tersebut.


Tentunya komunikasi verbal juga harus diimbangi dengan komunikasi non verbal yang yang sesuai. Contohnya dengan memberikan pujian dengan sentuhan atau pelukan ringan, menyatakan rasa sayang dengan intonasi yang baik, atau memberi perintah dengan volume suara yang tepat.


Hal paling mudah untuk menghindari tindakan komunikasi dengan kekerasan adalah dengan belajar untuk tidak mengatakan “tidak” dan “jangan”. Katakanlah apa yang kita inginkan, bukan apa yang kita tidak inginkan. Demikian juga apabila kita hendak meminta sesuatu pada seseorang, katakanlah apa yang kita inginkan untuk dilakukan orang itu, bukan apa yang kita tidak inginkan untuk dilakukan orang tersebut. Selain itu, alih-alih menyuruh seseorang menjadi seperti yang kita inginkan, alangkah lebih baik apabila kita meminta orang tersebut untuk melakukan hal-hal yang pada akhirnya akan membantunya untuk menjadi seperti yang kita inginkan.


Dengan terbinanya komunikasi tanpa kekerasan di dalam keluarga, niscaya anak akan memiliki kepribadian dan karakter yang baik. Anak akan menjadi lebih mudah diajak bekerjasama. Selain itu anak menjadi tidak akan segan bercerita kepada orangtuanya dan mendiskusikan masalah yang dihadapinya, dengan demikian orangtua pun akan lebih mudah dalam melakukan kontrol dan pengawasan terhadap anak-anaknya.

http://childrengarden.wordpress.com/2010/01/19/komunikasi-pada-anak/

http://www.cnvc.org/

Sabtu, 19 Februari 2011

Non Violent Communication (Komunikasi Tanpa Kekerasan)

Non Violent Communication (NVC)
Non Violent Communication (NVC) - Komunikasi tanpa kekerasan- didasarkan pada prinsip antikekerasan, yakni keadaan alami belas kasih ketika tidak ada kekerasan hadir dalam hati. NVC mulai dengan asumsi bahwa kita semua penuh kasih dengan alam dan bahwa strategi kekerasan-baik perilaku verbal atau fisik-dipelajari diajarkan dan didukung oleh budaya yang berlaku. NVC juga mengasumsikan bahwa kita semua sama, kebutuhan dasar manusia, dan bahwa setiap tindakan kita adalah strategi untuk memenuhi satu atau lebih dari kebutuhan ini.

Tokoh NVC
Tokoh NVC yang terkenal adalah Dr. Marshall B. Rossenberg. Beliau merupakan pendiri dan direktur pelayanan pendidikan untuk The Center For Non Violant Communication (Pusat Komunikasi Tanpa Kekerasan). Pusat Komunikasi Tanpa Kekerasan adalah sebuah organisasi global yang mendukung pembelajaran dan berbagi NVC, dan membantu orang damai dan efektif menyelesaikan konflik dalam pengaturan pribadi, organisasi, dan politik

Tujuan NVC

1. membuat hubungan manusia yang memberdayakan kasih memberi dan menerima
2. membuat struktur pemerintahan dan korporasi yang mendukung penuh kasih memberi dan menerima.

Keterampilan NVC
NVC menawarkan keterampilan praktis, keterampilan konkret untuk mewujudkan tujuan dari menciptakan hubungan dari welas asih memberi dan menerima yang berdasarkan pada suatu kesadaran saling ketergantungan dan kekuatan dengan orang lain. Keterampilan ini meliputi :
1. Membedakan pengamatan dari evaluasi, dapat berhati-hati dalam mengamati apa yang bebas terjadi dari evaluasi, dan untuk menentukan perilaku dan kondisi yang mempengaruhi kita;
2. Memisahkan perasaan dari pemikiran, mampu untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan internal dengan cara yang tidak menyiratkan penilaian (judgement), kritik, atau menyalahkan / hukuman
3. Menghubungkan dengan kebutuhan/nilai universal manusia (misalnya rezeki, kepercayaan, pemahaman) dalam diri kita yang yang terpenuhi atau yang tidak terpenuhi dalam kaitannya dengan apa yang terjadi dan bagaimana perasaan kita, dan
4. Meminta apa yang kita inginkan dengan cara yang jelas dan spesifik tentang apa yang kita inginkan (bukan apa yang tidak kita inginkan), dan yang benar-benar permintaan (request) dan bukan permintaan (demand) (misalnya mencoba untuk memotivasi, namun secara halus, karena takut , rasa bersalah, malu, kewajiban, dll bukan dari keinginan dan pemberian kasih)

Komunikasi tanpa kekerasan tidak berisi sesuatu yang baru. Hal ini berdasarkan pada cerita utama dari antikekerasan - keadaan alami belas kasih ketika tidak ada kekerasan hadir dalam hati. NVC mengingatkan kita apa yang secara naluriah telah kita ketahui tentang seberapa menyenangkan rasanya terhubung dengan manusia lain. Dengan NVC kita belajar untuk mendengar kebutuhan terdalam diri kita sendiri dan juga orang lain. Melalui pendalaman pada mendengarkan- baik untuk diri kita serta orang lain-NVC membantu kita menemukan kedalaman belas kasih kita sendiri. Bahasa ini mengungkapkan kesadaran bahwa semua manusia hanya berusaha untuk menghormati nilai-nilai universal dan kebutuhan, setiap menit, setiap hari.

NVC dapat dilihat baik sebagai praktek spiritual yang membantu kita melihat kemanusiaan kita, menggunakan kekuatan kita dengan cara yang menghormati kebutuhan semua orang, dan keterampilan kongkret yang membantu kita menciptakan kehidupan melayani keluarga dan masyarakat.

Model NVC
Bentuk NVC sederhana, namun memiliki transformasi yang kuat


empathetically listening:
observations
feelings
needs
request

honestly expressing :
observations
feelings
needs
request

Dua bagian dari NVC:
1. mengekspresikan kejujuran melalui empat komponen
2.menerima empati melalui empat komponen

Proses NVC
Tindakan nyata yang kita amati yang mempengaruhi kesejahteraan Bagaimana kita merasakan, terkait dengan apa yang kita amati Kebutuhan, nilai, keinginan, dan lain-lain yang memberntuk perasaan kita Tindakan nyata yang kita pinta untuk mengembangkan hidup kita NVC membantu kita terhubung dengan diri sendiri dan orang lain dengan cara yang memungkinkan kasih sayang alami kita untuk berkembang. Hal ini menuntun kita untuk membingkai cara kita mengekspresikan diri dan mendengarkan orang lain dengan memfokuskan kesadaran kita pada empat bidang: apa yang kita amati, perasaan, dan kebutuhan dan apa yang kita minta untuk mengembangkan hidup kita. NVC memupuk mendengarkan dengan lebih mendalam, rasa hormat, dan empati dan menimbulkan keinginan bersama untuk memberi dengan tulus.
Beberapa orang menggunakan NVC untuk merespon dengan penuh kasih atas diri mereka sendiri, beberapa untuk menciptakan hubungan pribadi yang lebih baik dan mendalam, serta untuk membangun hubungan yang efektif di tempat kerja atau di arena politik. Lebih luas lagi, NVC digunakan untuk menengahi sengketa dan konflik di berbagai tingkatan. Orang yang berlatih NVC akan mendapatkan otentisitas yang lebih besar dalam komunikasi mereka, peningkatan pengertian, koneksi yang lebih dalam, dan resolusi konflik.

10 hal yang kita bisa lakukan untuk kontribusi atas perdamaian internal, interpersonal, dan organisasi :
(1) Luangkan waktu setiap hari dengan tenang merefleksikan bagaimana kita ingin berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain.
(2) Ingatlah bahwa semua manusia memiliki kebutuhan yang sama.
(3) Periksa niat kita untuk melihat apabila ketertarikan yang ada pada orang lain sesuai dengan yang kita miliki
(4) Ketika meminta seseorang untuk melakukan sesuatu, cek terlebih dahulu untuk melihat apakah kita membuat permintaan (request) atau penuntutan (demand).
(5) Alih-alih mengatakan kita TIDAK ingin seseorang melakukan sesuatu, lebih baik kita mengatakan apa yang kita inginkan untuk dilakukan orang tersebut.
(6) Daripada mengatakan seseorang untuk menjadi apa yang kita inginkan, katakan tindakan apa yang kita inginkan untuk dia lakukan sehingga membantu orang tersebut agar menjadi seperti itu.
(7) Sebelum menyetujui atau atau tidak menyetujui pendapat siapapun, cobalah untuk mencocokkan dengan apa yang dirasakan dan dibutuhkan orang tersebut.
(8) Ketika ingin menolak sesuatu, jangan menggunakan kata "Tidak". Gunakanlah kalimat-kalimat yang diperlukan untuk mencegah kita dalam berkata “Ya”
(9) Jika kita merasa marah, pikirkan tentang kebutuhan kita yang tidak terpenuhi, dan apa yang bisa kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan itu, daripada berpikir tentang apa yang salah dengan orang lain atau diri kita sendiri.
(10) Daripada memuji seseorang yang melakukan sesuatu yang kita sukai, tunjukkan perasaan bersyukur kita dengan memberitahu orang tersebut kebutuhan kita yang terpenuhi melalui tindakannya itu.


http://www.cnvc.org/

Kamis, 17 Februari 2011

Definisi Periklanan dan Manajemen Periklanan

PERIKLANAN

Institut Praktisi Periklanan Inggris
Periklanan didefinisikan sebagai berikut periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya.

Paul Copley
advertising is by and large seen as an art – the art of persuasion – and can be defined as any paid for communication designed to inform and/ or persuade.

Kotler (2002:658)
Periklanan didefinisikan sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.



MANAJEMEN PERIKLANAN

Manajemen Periklanan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa lembaga/organisasi yang saling berinteraksi dan menjalankan peranan yang berbeda dalam proses periklanan.

Manajemen periklanan adalah upaya pengelolaan seluruh kegiatan periklanan dengan wujud suatu proses kerja yang melibatkan fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Manajemen periklanan merupakan proses 5 tahap yang dikenal dengan 5M: penetapan tujuan ( Mission), keputusan tentang anggaran (Money), keputusan pesan (Message), penetapan media (Media), dan evaluasi mengenai kampanye (Measurement).



www.oppapers.com
www.iklansiapa.com/artikel/definisi-iklan.html
enikkirei.multiply.com/journal/.../Jenis_iklan_dan_Contohnya
repository.amikom.ac.id/files/Publikasi_07.12_.2697_.pdf
zhmoet.blog.com/
www.scribd.com/doc/24540086/43001-4-290156815880