Jumat, 30 April 2010

Ada “Hantu” di Kebun Binatang Bandung !

Kebun Binatang Bandung yang terletak di Jl. Kebun Binatang No.6 ini ternyata memiliki hantu di dalamnya. Tidak hanya ada satu atau dua hantu didalam kompleks seluas 14 hektar ini, melainkan beberapa hantu. Kita bahkan dapat melihat hantu-hantu ini tanpa harus memiliki kekuatan khusus. Hantu yang dimaksud disini bukan hantu sejenis kuntilanak atau pocong, melainkan burung hantu. Ada dua jenis burung hantu yang dapat kita lihat di kebun binatang ini, yaitu Hantu Hungkuk dan Hantu Ketupu (Buffy Fish Owl).

Selain burung hantu, kebun binatang ini memiliki koleksi burung lainnya, seperti merak hijau, merak biru, elang jawa, kuntul, pelikan, koak biru, kasuari serta kakaktua raja. Hewan-hewan primata seperti siamang, bekantan, lutung merah, lutung jawa, dan orangutan menempati area yang cukup luas dalam area kebun binatang. Kita juga dapat menemui satwa lain seperti buaya, ular, komodo, banteng, tapir, dan kangguru. Perjalanan saya semakin berkesan ketika saya dapat melihat beberapa hewan yang baru saya temui dan bahkan saya ketahui, seperti dudut, binturung, kucing bakau, kopibra, jeralong, maupun zeki-zeki. Hati terasa semakin senang saat melihat hewan-hewan yang berasal dari luar Indonesia seperti kera jepang, beruang alaska, macan benggali, macan putih, singa, dan kuda nil. Satwa di kebun binatang ini ada 1.590 ekor dari 218 jenis.

Suasana didalam kebun binatang sangat sejuk dikarenakan banyaknya pepohonan besar yang tumbuh. Selain itu banyak sekali terdapat kursi-kursi dan saung-saung kecil yang dapat dipergunakan untuk beristirahat. WC pun dapat ditemukan dengan mudah, meskipun beberapa WC berada dalam kondisi yang tidak terlalu baik. Kebun binatang ini juga memiliki beberapa area bermain yang berisi ayunan, perosotan, dan kereta-keretaan. Bagi pengunjung yang ingin berinteraksi lebih dekat dengan satwa yang ada, kebun binatang menyediakan wahana menunggang onta dan gajah. Selain itu, terdapat sebuah danau buatan yang memiliki fasilitas perahu kayuh. Di tengah danau, ada sebidang tanah yang diisi dengan beberapa hewan primata yang aktif melompat dan bergelantungan. Di dalam kebun binatang pun terdapat zoologi yang bisa dikunjungi untuk menambah wawasan tentang satwa.

Orangtua sebaiknya memberikan perhatian ekstra ketika membawa anaknya berwisata ke tempat ini. Hal ini terutama dikarenakan jarak antara pengunjung dan kandang hewan yang cukup dekat. Contohnya seperti kandang kera jepang, beruang alaska, dan buaya. Memang menyenangkan bila kita dapat melihat hewan-hewan tersebut dari dekat, namun bila tidak hati-hati hewan tersebut bisa saja melukai kita.

Saya sempat kaget ketika melihat-lihat kandang kura-kura. Ternyata didalam kandang ada seekor buaya senyulong yang saat itu posisinya dekat dengan saya. Saya membayangkan apabila ketika saya sedang memegang kawat besi pada kandang lalu kemudian tiba-tiba buaya tersebut menggigit jari-jari saya. Belum lagi ketika saya berada di kandang binturung. Saya mencari dengan seksama karena penasaran dengan bentuk hewan ini, bahkan sampai memutari kandang. Ternyata saya menemukan tiga ekor binturung sedang berada diatas pohon yang dahannya sudah melewati batas pagar kandang. Saya segera mengajak teman saya untuk menjauhi kandang itu karena saya takut bila binturung itu melompat atau jatuh terpeleset dari pohon. Apalagi karena saya sudah membaca keterangan bahwa satwa tersebut dikategorikan karnivora.

Selain itu, saya sempat sedih ketika melihat seekor gajah. Gajah itu memiliki gading yang panjang dan badan yang sangat kurus. Tulang-tulang gajah itu terlihat jelas dari kejauhan. Saya juga merasa kasihan dengan kucing-kucing besar di dalam kebun binatang. Mereka ditempatkan di kandang yang tidak sesuai dengan ukuran badan mereka yang cukup besar. Bahkan ada seekor singa betina yang ditempatkan dalam sebuah kandang sel, yang saya rasa lebih cocok apabila dijadikan kandang monyet kecil semacan lutung jawa. Ditambah lagi dengan kondisi bahwa kandang-kandang sel di sebelahnya sedang direnovasi dan hanya kandang macan itu yang belum dirubuhkan.

Sejak dibangun pada tahun 1930 dan diresmikan pada tahun 1933 oleh Belanda, Kebun Binatang Bandung tetap menjadi salah satu sarana rekreasi yang dipilih masyarakat sekaligus menjadi tempat belajar tentang satwa. Selain itu kebun binatang ini juga menjadi sarana konservasi untuk menjaga kelangsungan hidup satwa-satwa itu. Kebun binatang ini dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari dan sudah beberapa kali telah dikunjungi tim peninjau dari lembaga internasional seperti Perhimpunan Kebun Binatang Asia Tenggara (South East Asia Zoo Association -EAZA). Setidaknya sudah tiga kali evaluasi dari perhimpunan internasional kebun binatang ini dilakukan. Evaluasi tersebut berlangsung setiap empat tahun. Salah satu inti dari hasil kunjungan tersebut mendorong agar Kebun Binatang Bandung segera memperbaiki kandang satwa. Menurut Sekretaris Yayasan Margasatwa Tamansari, Dadang Danumihardja, perbaikan tersebut harus dilakukan dalam kurun waktu empat tahun. Apabila tidak ada upaya perbaikan, maka penutupan kebun binatang ini dapat saja terjadi.

Sepertinya sayang apabila kebun binatang ini ditutup, apalagi melihat fakta bahwa kebun binatang ini sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka. Saya berharap agar Pemda setempat lebih memberikan perhatian khusus terhadap kebun binatang ini, mengingat tempat ini merupakan salah satu lokasi wisata yang masih produktif dalam menarik wisatawan, terutama saat hari-hari libur. Ada kepuasan yang saya dapat saat seekor harimau sumatera mengaum di depan mata saya. Rasanya menyenangkan melihat satwa-satwa itu secara langsung, tidak melalui gambar di buku atau video dari internet.

0 komentar:

Posting Komentar