Manajemen Komunikasi merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Serta bagaimana mengelola informasi untuk mencapai suatu tujuan. Lebih jauhnya, proses produksi informasi atau pesan sampai pada evaluasi. Tidak hanya cara mengatur pesan saja, tetapi juga mengerti bagaimana suatu informasi tersebut dibentuk. Agar masyarakat dapat menerima informasi sesuai dengan efek yang diinginkan. Bukan untuk membatasi kebebasan untuk mendapatkan informasi, tapi lebih ditujukan untuk mengatur efek dari informasi yang akan muncul di masyarakat dan tak terlepas dari melaksanakan, memonitor, dan memperbaiki semua channel komunikasi sebuah organisasi, dan diantara organisasi-organisasi itu. Dalam perkembangannya, Manajemen komunikasi berkembang dalam dua ilmu. Yaitu bisnis dan ilmu komunikasi.
Manajemen komunikasi adalah suatu cara kita membangun dan mengelola suatu hubungan, baik secara lisan maupun tulisan, agar tidak terjadi istilah missed communication, sehingga segala aktivitas yang terkait dengan komunikasi tersebut dapat berjalan lancar dan damai. Biasanya hubungan yang baik tersebut nantinya akan dikenal sebagai bentuk koordinasi atau kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan utama manajemen komunikasi adalah pemanfaatan optimal sumber daya manusia dan teknologi untuk meningkatkan dialog dengan orang lain. Pada intinya, hasil dari sebuah proses komunikasi adalah terciptanya dialog yang berjalan dua arah dan sekaligus melahirkan pertukaran informasi yang relatif seimbang.
Pemahaman atas manajemen komunikasi memerlukan kompetensi tertentu agar dapat melahirkan komunikasi yang efektif.
Kompetensi komunikasi harus dilihat sebagai perangkat keterampilan di dalam konteks relasi yang khusus.
Konteks relasi yang khusus akan menentukan cara individu menjadi kompeten, yaitu :
- Pertama, adalah kemampuan untuk menghilangkan kekhawatiran dalam menghadapi kelompok audiens yang besar
- Kedua, kemampuan mengelola dan menyelesaikan konflik kepentingan antara mereka dengan pembelajar.
1. Kompetensi dalam komunikasi interpersonal
2. Kompetensi dalam komunikasi kelompok
3. Kompetensi dalam komunikasi organisasi
4. Kompetensi dalam komunikasi publik dan massa
Dari tiga jenis kompetensi komunikasi, kompetensi komunikasi interpersonal adalah kompetensi komunikasi yang paling penting karena komunikasi interpersonal menjadi dasar bagi jenis komunikasi yang lain (DeVito, 1999: 8). Kompetensi di dalam komunikasi interpersonal terdiri dari tiga kecakapan utama, yaitu: kecakapan mempersepsi, mendengar dan merespons orang lain. Tiga kecakapan yang berbasis pada orang lain, bukan diri sendiri (Redmond, 2000: 51-72).
Sementara kecakapan di dalam komunikasi kelompok antara lain muncul dalam kemampuan menangani anggota kelompok yang beragam. Kemampuan menyelenggarakan diskusi di dalam kelompok juga merupakan kompetensi dalam komunikasi kelompok. Proses komunikasi kelompok cenderung bersifat informal dan merupakan proses komunikasi langsung, sementara proses komunikasi formal terjadi di dalam proses komunikasi organisasional. Pada level organisasi, proses komunikasi mengambil dua bentuk, yaitu lisan dan tertulis. Penggunaan “bahasa” menjadi elemen yang penting di dalam proses komunikasi organisasional karena penggunaan “bahasa” yang tepat dapat meningkatkan kinerja organisasi.
Kompetensi yang terakhir adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh para manajer ketika melakukan komunikasi publik dan massa. Pada jenis komunikasi ini yang lebih dipentingkan adalah penciptaan imaji dan kesan yang baik kepada masyarakat sehingga setiap kali manajer melakukan komunikasi publik dan massa, tampilan dan pesan yang akan disampaikan terlebih dulu direncanakan serta dikemas dengan menarik.
Untuk menerapkan kompetensi tersebut di dalam organisasi, seorang manajer dapat menjalankan lima peran sebagai berikut (Kaye, 1994: 210):
1. Pembagi informasi
2. Penolong/pendukung/fasilitator/ pencipta kesempatan
3. Pengontrol kualitas
4. Mentor/role model
5. Pemimpin/pencipta situasi
Contoh-contoh penerapan manajemen komunikasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. dalam ruang lingkup keluarga
keluarga boleh dibilang komunitas terkecil dalam suatu populasi. Jadi, kalau baru berkomunikasi dengan beberapa orang saja sudah salah, maka akan fatal akibatnya. Maksudnya salah disini, bisa jadi posisi orangtua yang salah memberikan komando kepada anaknya atau cara ayah yang salah dalam memimpin keluarga atau bisa juga karena kesalahan anak dalam mempersepsikan perintah atau nasihat dari orangtuanya.
2. dalam ruang lingkup bertetangga/bersekolah/bermasyarakat lainnya
kenapa ruang lingkup ini dibuat menjadi satu? Karena pada dasarnya hubungan komunikasi ini tidak berbeda jauh. Yang sama-sama menekankan pada kesamaan cara bergaul, kesamaan hobi ataupun kesamaan sikap/persepsi.
3. dalam ruang lingkup pekerjaan/kerjasama antar perusahaan/antar negara
biasanya pada ruang lingkup ini dituntut suatu bentuk komunikasi yang sangat professional, dimana masing-masing pihak tidak saling mencampuri urusan-urusan lainnya yang memang bukan terkait dalam bidang yang sedang dibahas. Kecuali jika diminta oleh yang bersangkutan.
Keterampilan manajemen komunikasi mutlak diperlukan oleh para praktisi komunikasi agar mereka bisa menjadi lebih profesianal dalam aktifitasnya. Menjadi lebih profesional dalam setting perusahaan mengandaikan bahwa praktisi komunikasi tidak semata-mata berada dalam posisi diperintah melainkan juga dalam posisi memerintah, ikut mengarahkan dan mengatur program komunikasi macam apa yang harus dijalankan perusahaan. Sebagai upaya untuk menjadi profesional itulah seorang praktisi komunikasi harus membekali diri dengan kemampuan manajerial.
Kemampuan manajerial akan menempatkan seorang sarjana komunikasi untuk tidak hanya berperan sebagai teknisi komunikasi namun juga akan mampu berperan sebagai manajer komunikasi. Perbedaan diantara keduanya adalah sebagai berikut:
• Teknisi komunikasi (communication technician)
menjalankan pekerjaannya hanya berdasarkan keterampilan komunikasi atau keterampilan jurnalistik yang dimiliki, misalnya menulis, menyunting, membuat pesan melalui media audio visual dan sebagainya. Mereka tidak ikut dalam pembuatan keputusan organisasi dan mereka hanya mengimplementasikan keputusan-keputusan yang dibuat orang lain. Mereka juga tidak melakukan riset baik untuk perencanaan maupun untuk evaluasi.
• Manajer Komunikasi (communication manager)
melakukan penelitian secara sistematis dan melakukan perencanaan untuk setiap program komunikasi organisasi. Mereka mengelola program-program komunikasi organisasi, memberi pertimbangan pada manajemen dan membuat keputusan tentang kebijakan komunikasi perusahaan. Seorang manajer komunikasi ikut dalam proses pengambilan keputusan pada tingkat puncak pada perusahaan.
0 komentar:
Posting Komentar